Source: www.gopixpic.com


"Assalamualaikum, akhi. Kayfa haaluka akhi?" suaranya terdengar begitu akrab dari balik telepon genggam itu. Namun, kebingungan menyelimutinya saat itu dan mencoba menerka siapa gerangan yang ada di balik suara itu.

"Akhi kau dengar suaraku? Ana Syam kawanmu dulu di Poltek. Ana Syam akhi, kawan yang dulu suka kau usilin." suara itu kembali terdengar jelas dengan aksen jawanya.

Pernyataan itu membuat iya yakin akan dugaannya, bahwa yang berada di balik suara itu adalah kawan lamanya ketika duduk di bangku kuliah dulu. Namun, perpisahan selama tujuh tahun itu membuat ia merasa tidak percaya. Tidak ingin membuat menunggu lama, ia pun menjawab salam dari kawannya itu.

"Waalaikumsalam, iya akhi. Afwan ana sedikit tidak percaya itu antum. Subhanallah alhamdulillah ana baik akh. Gimana dengan antum? Sekarang antum dimana?"

Syam adalah kawan semasa kuliah dulu. Ia merupakan mahasiswa jurusan komputer. Dan sekarang dia merupakan karyawan di perusahaan software komputer terkemuka di ibu kota.

"Akh, antum masih di Bandung kan? Ana pengen ketemu akh. Sekalian ada sedikit obrolan dengan antum. Ana sekarang lagi di Bandung soalnya, hehe..."

Sekarang dia semakin yakin bahwa orang misterius itu adalah kawannya. Senyuman kebahagiaan terpancar di wajahnya ketika itu. Laptop yang terbuka di depannya pun seketika ia hiraukan. Ia mulai memfokuskan dengan obrolannya itu.

"Iya akh ana di Bandung kok, gak pergi kemana-mana. Hehehe.. antum datang saja kesini." Obrolan itu terus berlanjut, mereka saling menceritakan kondisi dan keadaan setelah perpisahan tujuh tahun lalu itu. Alhasil obrolan itu ditutup dengan salam dan rasa kebahagiaan dari keduanya. Alpin pun kembali membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya itu.

Alpin merupakan pengusaha property di Kota Bandung. Meskipun ia tergolong sebagai pengusaha muda, namun ia merupakan pengembang yang sukses. Dahulu dia merupakan mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil, setelah lulus dia memutuskan untuk berkarir di dunia property ini.

Keesokan harinya saat Alpin sedang sibuk melayani konsumennya. Ia duduk di kantor yang terlihat sempit sesak dengan tumpukam dokumen dan maket perumahan. Alpin merupakan salah satu pemegang saham sekaligus perencana untuk perusahaan itu.

"Assalamualaikum." terdengar suara di balik pintu kantor yang terbuat dari kaca. Sehingga Alpin langsung tahu siapa orang yang ada di balik pintu kantornya itu.

"Waalaikumsalam, eh akhi. Silahkan masuk akh. Mangga.. mangga.." Alpin seketika membukakan pintu kantornya itu dan pelukan erat penuh kerinduan terjadi saat itu.

"Apa kabar akhi? Antum sekarang luar biasa. Sudah buka perusahaan sebesar ini." senyuman kebahagiaan tersirat di wajah Syam saat itu.

" Iya akh, alhamdulillah. Ini semua berkat dukungan antum dulu dan pastinya doa-doa yang sering antum panjatkan untukku. Hehehe.." menatap wajah kawannya yang dulu merupakan pimpinan dari organisasi yang mereka ikuti.

"Ah ana gak pernah berdoa untuk antum kok, hehehe.. Gak, anak bercanda. Alhamdulillah dalam setiap shalatku, wajah kalian selalu terbayang di dalam pikiranku. Doa pun selalu ku panjatkan untuk kalian semua. Subhanallah ana bangga saat ini antum sudah menjadi pengusaha sukses seperti ini."

Kemudian pertemuan itu dilanjutkan di sebuah balkon tepat di depan ruangan Alpin. Ditemani dengan secangkir teh dan cemilan ringan mereka pun melanjutkan obrolan.

"Ana dengar antum juga sekarang sudah sukses. Katanya gaji antum sudah puluhan juta. Bener nggak tuh? Coba infakkan dong sebagian ke perusahaan ini." sifat usil dari Alpin memang belum hilang, apalagi saat bertemu dengan kawan lama yang dulu merupakan korban usilannya itu.

"Nggak sebanyak itu akh, tapi alhamdulillah ini cukup untuk mencukupi kebutuhan ana sehari-hari. Ah nggaklah, daripada ke antumin mending ana kasih buat organisasi kita aja kali akh. Hehehe.." Syam memang orang yang sabar ketika ia diusilin oleh kawannya itu, dan hanya senyuman keramahan saja yang terpancar darinya.

"Katanya antum ada yang mau diobrolkan. Apaan itu? Sepertinya penting nih"

Suara adzan memotong obrolan mereka saat itu, dan mereka memutuskan untuk menunaikan shalat dzuhur terlebih dahulu. Setelah mereka shalat, obrolan pun kembali dilanjutkan.

"Alhamdulillah ya akh bisa shalat berjamaah dengan antum lagi. Iya jadi gini akh, alhamdulillah ana mempunyai rezeki. Dan ana ingin membangun sebuah rumah di Bandung."

Senyum terpancar dikeduanya, kemudian Alpin menanggapi pernyataan Syam. "Wah bagus akh, kapan nih mau ngebangunnya? Terus apa yang bisa ana bantu?".

"Nah, ana ingin secepatnya akh. Kalau bisa minggu depan segera dibangun. Tepatnya sih di Desa Ciwaruga. Pokoknya semua keuangan sudah tersedia. Yah tinggal antum, buatkan saja." Syam memang termasuk orang yang cepat dalam memutuskan persoalan termasuk untuk memutuskan hal ini.

"Bentar akh, rumahnya mau seperti apa?" terlihat kaget mendengar perkataan dari Syam itu.

"Iya pokoknya, di depannya pengen ada taman. Kemudian ini pengen ada lantai duanya akh. Di dalamnya ada 4 kamar tidur terus 2 kamar mandi. Ada dapur yang cukup luas, yah alhamdulillah istri ana suka masak akh. Hehehe.. Terus jangan lupa juga ruang tamunya, ruang keluarga yang cukup luas ya akh. Mushala di samping ruang keluarga ditambah kolam ikan di depannya." Syam memaparkan keinginannya dengan begitu semangat.

"Iya kalem akh, antum kayak yang mau bangun apa aja sih. Ini itu mau bangun rumah akh, bukan main game yang sering dimainkan di komputer. Tidak gampang akh untuk membangun rumah, sekalipun antum punya uang banyak." Alpin meredam hasrat yang bergelora dari kawannya itu.

"Yah ana pengen cepet-cepet punya rumah disini akh. Jadi tiap weekend ana bisa berkunjung ke Bandung. Jadi kita bisa saling bersilaturahim akh." meyakinkan kembali Alpin.

"Iya akh, yang harus kita lakukan sebelum membangun, selain uang atau dana ya akh yaitu pertama kita harus merencanakan atau mendesain terlebih dahulu rumahnya. Okeh paling cepat minggu depan sudah jadi ya akh, InsyaAllah. Kedua kita juga harus mempersiapkan bahan bangunan juga sumber daya manusia untuk tukang dan pekerjanya. Nah, paling tidak kalau semua sudah siap InsyaAllah dua pekan dari sekarang kita bisa mulai membangun". Alpin seketika terlihat kalem, karena banyak menghadapi konsumen membuatnya lebih dewasa dalam menyikapi permasalahan dari setiap konsumennya.

"Oh ya udah akh, mangga antum atur-atur aja kalau masalah itu. Ana kurang ngerti kalau masalah itu. Terus rumahnnya bisa jadi kapan akh?" Syam terlihat santai setelah mendengar penjelasan dari Alpin.

"Sabar akh sabar. InsyaAllah setelah dua pekan pembangunan akan dimulai. Tapi tidak bisa secepat itu, apalagi sekarang musim hujan akh. Kita harus merencanakan sematang mungkin akh. Terus tahapan-tahapan pekerjaannya perlu kita perhatikan. Tidak semuanya akan kita lakukan dalam waktu yang sangat singkat. Kita perlu proses dan bertahap. Kalau semuanya lancar InsyaAllah tiga bulan atau empat bulan kedepan istanamu akan terbangun." Alpin meyakinkan kembali Syam dengan perkataannya.

"Iya akh syukron yah, mangga ana serahkan semuanya kepada antum. Jazakalloh ya akh. Mungkin ana sekarang harus pamit dulu akh. InsyaAllah setelah ini hubungan kita akan semakin sering ya akh. Syukron sekali lagi" ucapan itu mengakhiri pertemuan mereka hari itu.

Syam pun berpamitan dan mengucapkan salam kepergian untuk kawannya itu. Alpin pun mengantarkan keluar hingga  Syam pergi dengan mobil sedan hitamnya.

Selama dua pekan perencanaan dan persiapan pun dilakukan. Sketsa rumah tergambar begitu baik, setiap goresan garisnya saling bersambungan membentuk sebuah rancangan rumah yang indah. Dengan kecanggihan teknologi sekarang, kita bisa melihat gambaran untuk rumah yang terlihat seperti nyata. Bahan bangunan mulai dari pasir hingga kayu sudah dibeli. Para tukang dan pekerja juga sudah disiapkan. Dan sekarang pembangunan pun siap dimulai.

Perlahan pembangunan pun dimulai. Pembangunan dimulai dengan pembangunan pondasi, dilanjutkan dengan pemasangan  bekisting untuk kolom. Kemudian pengecoran kolom dilakukan, dan pemasangan batu bata satu persatu dipasang. Hari berganti hari, setiap tahapan pembangunan telah dilakukan sesuai rencana. Musim hujan menjadi salah satu ancaman dalam pembangunan, namun tidak menjadi persoalan ketika kita sanggup menghadapi dan menyiasatinya. Setelah tiga bulan proses pembangunan rumah pun akhirnya selesai, rumah megah berdiri kokoh bak sebuah istana.

"Subhanallah akhi, ini rumah ana? Luar biasa! Ana terharu dan tidak percaya kalau sekarang ana punya istana seperti ini. Jazakallah akhi." berdiri di depan rumah menatap rumah yang sudah terbangun di depannya.

"Iya akh, ana juga ikut bahagia dan senang. Semoga ini menjadi istana untuk keluarga antum. Disini akan terlahir sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Istana yang akan menjadi atap pelindung di saat hujan tiba, menjadi peneduh di saat terik matahari. Rumah yang menjadi penghangat di saat kedinginan melanda, dan menjadi penyejuk di saat panas menerpa." menatap rumah yang dibangun untuk kawannya itu.

Membangun rumah tidaklah sesederhana apa yang bisa kita bayangkan. Sama seperti membangun mimpi, yang tidak sesederhana itu kita wujudkan. Perencanaan adalah hal yang harus kita lakukan pertama kali. Perencanaan yang matang akan membuat mimpi kita menjadi sebuah kenyataan yang akan terwujud. Setelah itu, jalani setiap langkah-langkahnya satu per satu. Setiap tahapan tidak bisa dilakukan dengan menghilangkan satu diantaranya. Namun langkah itu harus kita laksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan. Dan tahapannya itu tidak akan bisa dilakukan dalam satu waktu, melainkan kita harus membuat jadwal atau waktu yang terencana untuk melakukannya satu per satu. Jadi impian itu akan terwujud saat waktu yang ditargetkan tiba.

"Keberhasilan dari seseorang untuk menggapai mimpinya yaitu dia melakukan semua dari awal sampai akhir dengan persiapan yang baik dan melakukan tahapan-tahapan yang terencana."

~Selesai

Karya ini dipersembahkan untuk diriku sendiri sebagai seorang yang mempunyai mimpi, untuk teman-teman dan keluargaku sebagai orang yang sama-sama mempunyai mimpi. Juga aku persembahkan untuk Assalam dengan mimpinya menjadikan Polban menjadi Kampus Madani 2016. Semoga mimpi kita bukanlah mimpi dalam sebuah lintasan imajinasi saja, atau goresan mimpi dalam selembar kertas yang menempel di dinding. Melainkan sebuah mimpi dengan perencanaan yang baik, dan kita memahami dan melakukan setiap tahapan untuk mewujudkannya. InsyaAllah mimpi itu akan terwujud dan Allah SWT. bisa meridhai setiap mimpi dan harapan kita semua, aamiin.

(Moch. Gama Soebarkah)