Perjalanan
selayaknya diperjuangkan, diusahakan dan diikhlaskan kemurnian niatnya. Perjalanan yang panjang dan melelahkan akan
terbayarkan dengan sekali celupan surgaNya.
Oleh karenanya, perjuangan dalam pelayaran dengan hambatan yang hebat
ini membutuhkan beberapa elemen diri untuk menunjangnya. Jiwa, raga dan hati. Tidak banyak yang dapat diperbuat jiwa dan raga ini tanpa ada penggerak
kemurnian. Ya! Benar. Hati yang sehat
dan bersinar.
Dakwah ini
bukan persoalan bagaimana menjalankannya sesuai alur dan kebiasaan para pendahulu
dakwah. Tetapi ada kondisi dimana dakwah
pendahulu hanya sebagai refrensi dan sisanya disesuaikan dengan kondisi umat
saat itu. Oleh karenanya, mengutip
dari perkataan saudara seiman:
Imam Hasan Albana :
“Dakwah yang ringan namun lebih gemuruh dari tiupan topan yang menderu, dakwah yang rendah namun lebih tinggi dari keangkuhan gunung yang menjulang, dan dakwah yang dekat namun lebih luas dari hamparan bumi seluruhnya”.
Dakwah itu
luas, bukan menjiplak hasil karya pendahulu dakwah saja tetapi seharusnya menghasilkan cara-cara baru yang tidak bertentangan dengan
ketentuan Islam, tujuan para pendahulu dan yang pasti menyesuaikannya dengan
kondisi umat saat itu. Bagaimana mungkin
cara lama dapat dipaksakan kembali kepada seluruh penikmat hal-hal baru? Inilah pentingnya sebuah strategi yang lebih sering dikenal
sebagai strategi dakwah.
Dakwah ini
memerlukan tenaga yang banyak dan teratur.
Dengan mengemasnya secara unik dan menarik, serta samar untuk terlihat
oleh yang awam. Maka dakwah itu akan lebih meresap dengan
cita rasa yang tidak jauh berbeda. Ini
yang lebih banyak dilupakan dalam dakwah.
Ya! Cita rasa. Cita rasa yang berlebihan mengakibatkan
penikmatnya menjadi enggan untuk mencoba untuk kedua kalinya. Cita rasa yang dimunculkan seharusnya adalah bagaimana
penikamatnya dapat merasakan kenikmatan itu lama-kelamaan semakin meningkat. Dan pada akhirnya akan sangat menikmati dan
mencintai jalan panjang dan melelahkan ini.
Dakwah ini harus
disesuaikan dengan yang akan didakwahinya. Tidak mungkin seorang yang buta kita suruh
menulis. Atau seorang yang tuli kita
ajak berbicara. Semuanya akan terasa
tidak pas, bisa hambar atau pun kelebihan.
Nah, sekali lagi cita rasa yang sesuai dan dengan porsi yang pas akan
membuat penikmatnya merasa puas dengan dakwah ini.
Dakwah ini
harus diikuti oleh keberanian seorang pendakwah. Bagaimana dia merencanakan dengan baik dari
awal sampai akhir apa yang diyakini. Lalu,
banyaknya kemungkinan dan resiko yang harus diambil saat memilih jalan yang
curam dan berkelok. Bisa saja terpeleset
atau tersandung batu. Hal-hal tersebut
bila cita rasa sesuai dan porsinya sudah pas, tidak akan menggugurkan
keinginannya untuk berdakwah dengan yang telah diyakini. Ambil kesempatan sekecil apapun yang telah
Allah tunjukan. Sebelum adanya penyesalan
dikemudian hari. Karena perjalanan dakwah ini memerlukan tangan dan kaki
yang banyak untuk menunjangnya. Namun semuanya itu memiliki arti saat adanya
sebuah pemikiran yang memudahkan kaki dan tangan ini untuk beramal. Para pembaca yang dimuliakan Allah, mari
sama-sama beramal dengan strategi yang
baik dan terkondisikan. Sebagai
contoh mengambil posisi tertinggi untuk menerapkan dakwah yang diyakini. Atau menjadi anggota terbaik dalam dakwah, dalam
kondisi seperti apapun. Dia sangat
dinanti dan dirindukan kontribusinnya dalam dakwah ini. Karena dalam buku yang ditulis oleh salah
satu ustadz yang luar biasa di Indonesia yaitu ustadz Salim A Fillah yang
kurang lebih intinya seperti ini :
“Mau itu menjadi batu yang kokoh di dasar lautan, ataupun menjadi rumput yang bergeser kesini kemari karena hempasan ombak bukanlah menjadi sebuah masalah dalam berdakwah. Karena, menjadi alasan untuk tidak berdakwah karena posisi yang tidak memadai”.
Atau pun cara lain, dengan memunculkan hal-hal baru yang membuat sebagian orang
awam menjadi penasaran dan ingin mencobanya.
Dan jangan terlalu memaksakan untuk mengadakan kegiatan para pendahulu
dakwah yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh umat saat ini.
Dakwah ini
untuk dakwah bukan untuk wajihah ataupun sebagainya. Sering kali dakwah yang kita lakukan ini
hanya bermuara untuk umat Islam bahkan wajihah saja. Padahal dakwah itu untuk seluruh umat manusia. Karena, umat islam itu adalah umat yang
terbaik yang diciptakan oleh Allah SWT.
Mubazir, bila dakwahnya hanya dirasakan oleh umat islam saja. Oleh karena itu, bila ada seseorang yang
berdakwah di jalanNya maka kebaikannya akan dirasakan bukan hanya oleh umat
islam saja tetapi akan dirasakan oleh umat lainnya. Sehingga banyak umat lain yang masuk Islam karena
kebaikan-kebaikan dakwah yang telah dikerjakan.
Jangan anggap remeh persoalan ini.
Salah langkah saja maka dakwah ini akan semakin jauh dari umat
lain. Dan kesempatan untuk memualafkan
umat lain akan semakin kecil. Hal-hal
seperti ini lah yang perlu kita kaji
ulang terutama dalam wajihah-wajihah yang kita tempati.
Lalu ada dakwah
yang sering ditinggalkan dan sering dipandang sebelah mata yaitu dakwah
sekolah. Padahal dengan adanya dakwah
sekolah ini, memungkinkan dakwah kampus untuk lebih berkembang lebih cepat dan
sehat. Dengan adanya dakwah sekolah
yang mencetak banyak kader dengan tarbiyah yang biak. Maka bila kader tersebut masuk dan aktif di
dakwah kampus, maka dakwah ini akan lebih mudah. Pembagian kader untuk menyiarkan islam di
kampus dengan yang mengurusi perekrutan kader baru di kampus akan lebih
terbantukan dengan adannya hubungan baik dengan dakwah sekolah ini. Maka sudah menjadi kewajiban para pendakwah
kampus pula, bagaimana menciptakan keharmonisan dan keberlangsungan dakwah
sekolah. Mungkin, banyak para pendakwah
yang melupakan hal ini, dan banyak pula para pendakwah yang berguguran untuk
meneruskan perjuangan ini. Mungkin
banyak pula yang terbentur jarak dan waktu untuk kembali ke dakwah
sekolah. Sama seperti yang diungkapkan
dalam kutipan diatas, mengenai posisi yang kurang memadai.
Berdakwahlah dengan segala yang kita miliki,
bila yang kita miliki bukan jasadiyah tetapi yang dimiliki untuk disumbangkan
ke dakwah sekolah adalah dalam bentuk ruhiyah (do’a) dan fikriyah (keilmuan),
maka itu-lah yang mesti diusahakan untuk keberlangsungan dakwah sekolah ini. Dengan mentransferkan ilmu, show up
kader-kder terbaik yang sukses di kampus, sekala nasional bahkan internasional,
menjadikan banyak dari siswa-siswa yang kemudian tertarik dengan rohis-rohis di
smanya. Sehingga rohis-rohis ini, tidak
kemudian menjadi dilihat sebelah mata oleh para calon penikmatnnya. Oleh karena itu, strategi dakwah kampus yang
belum melibatkan dakwah sekolah, sekali lagi harus dikaji oleh masing-masing
wajihah yang kita tempati. Bukan tugas
siapa-siapa tetapi tugas kita bersama demi terwujudnnya keharmonisan cinta
dakwah kampus dan dakwah sekolah. Mari
saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
![]() |
Source: catatan.baha.web.id |
#Ayo_kemali
_ke_DS
#Ayo_Masuk_DK
#Ayo_Dakwah_di_Himpunan
#Demi_Terwujudnnya_Keharmonisan_Cinta_DS_dan_DK
(Yudo Raharjo)
COMMENTS