Sabtu malam kemarin, saya membaca artikel dari islampos.com tentang memantaskan diri. Cukup menggelitik sebenernya. Saya coba mengulas sedikit, menurut pandangan pribadi.
Setiap orang mengalami fase demi fase dalam hidupnya, salah satu fase yang akan kita temui adalah fase jatuh cinta #ahaaayy.

Jatuh cinta. . .
Suatu hal yang wajar terutama bagi yang sedang menapaki masa - masa remaja. Ketika hati ini mulai merasakan getaran yang tak biasa, hingga terkadang terasa sesak di dada. #watttaaawww

Ketika bermula dari lirik mata, kemudian turun ke hati, lalu dari hati turun ke ?
Eiits! Disilah tantangannya. Mau dibawa kemana hati ini setelah rasa cinta itu mulai tumbuh?

Ketika hati ini tidak bisa dijaga, maka akibatnya akan fatal untuk diri kita. Namun ketika hati ini bisa dijaga sepenuhnya, maka keselamatan Insya Allah akan selalu menyertai kita.
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, akan tetapi apabila ia buruk maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ia adalah hati". HR. Bukhari Muslim 
Proses menjaga hati inilah yang merupakan bagian dari proses memantaskan diri.
Jangan memantaskan diri karena jodoh, tapi karena Allah.
Memantaskan diri. Kata dasar dari memantaskan adalah pantas. Artinya sudah pantaskah diri ini di mata Allah? Sudah pantaskah kita untuk menagih janji Allah? Ingat, bukan pantas dihadapan manusia, namun pantas di mata Allah.

Banyak yang salah niat ketika menjalani proses ini, yaitu ketika memantaskan diri karena jodoh, bukan karena Allah. Kita akan sibuk membangun topeng ke-sholehan demi mendapatkan pujian dari seseorang yang kita cintai. Shalat, puasa, sedekah, dan ibadah - ibadah yang kita lakukan akan sia - sia belaka apabila niat sudah tidak sejalan dengan ketentuan-Nya.

Jodoh itu ditangan Allah. Jodoh termasuk salah satu takdir yang Allah tuliskan sebelum kita lahir ke dunia bahkan jauh sebelumnya. Jodoh sudah tertulis abadi di dalam Lauh Mahfudz.

Ketika seseorang tidak yakin kepada Allah tentang jodoh, maka jalan pintas akan langsung ditempuh. Pacaran menjadi opsi bahkan hingga memanipulasi pacaran dengan taaruf.
Ayo segeralah bertaubat yang ngerasa pacaran! Karena sungguh Allah mengharamkan kita mendekati zina, sedangkan pacaran adalah proses mendekati zina, #istigfar
Lalu, bagaimana cara memantaskan diri yang sebenar - benarnya?
Caranya dengan tidak sibuk memikirkan jodoh. Sibuklah untuk terus mengejar cinta Allah dengan mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi sekuat mungkin segala larangannya.

Berusahalah menjadi pribadi yang baik, lakukan hal yang bersifat kebaikan. Allah menyuruh kita untuk selalu fastabiqulkhoirot, berlomba - lomba dalam kebaikan. Setelah Allah memandang kita baik, maka Allah sudah menjanjikan anugerah yang luar biasa kepada kita.
”. . . wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik ( pula ). Mereka ( yang dituduh ) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka ( yang menuduh itu ). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia ( surga ).”QS. An­-Nuur : 26
Anugerah tersebut adalah mendapatkan jodoh yang baik pula. Tapi ingat baik disini adalah baik menurut pandangan Allah, bukan menurut pandangan manusia.
"...... boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui ” QS. Al Baqarah : 216
Fastabiqulkhoirot dengan selalu menjaga hati. Itulah proses memantaskan diri yang terbaik.
Bagaimana bisa kita meraih cinta manusia apabila cinta Allah saja belum bisa kita raih?
Yakinlah. . .
Ketika Allah telah sepenuhnya mencintai diri kita. Maka Dia akan menghadirkan cinta hakiki dalam hidup kita. Seseorang yang tepat akan hadir bersama melalui samudra kehidupan ini. Menjawab segala keresahan hati. Mengobati segala kerinduan.

Maka itulah jodoh sejati kita! Insya Allah


Semoga bermanfaat :)
Ditulis ketika hati sedang galau di waktu Senin pagi yang beku.

(M. Iqbal Fadhillah Kertabudi)