Pagi yang cerah di sebuah jalan komplek yang asri terlihat sepasang suami istri sedang berjalan. Mereka yang mengenakan pakaian olah raga berjalan sambil berbincang, terlihat senyum kebahagiaan di wajah keduanya. Pasangan yang terlihat romantis meskipun mereka sudah menginjak usia senja, terlihat dari rambut sang suami yang sudah memutih.

Sesaat mereka pun duduk di sebuah bangku taman. Tiba-tiba datanglah seorang pria dengan mengenakan topi hitam dan jaket kulit cokelat serta celana hitam juga sepatu kulit hitam yang terlihat mengkilap. Kemudian pria itu menyapa pasangan suami istri tadi. 
"Assalamualaikum," salam dari pria yang terlihat seumur dengan pasangan suami istri ini.
"Waalaikumsalam, eh subhanallah apa kabar kawan? Kau emang masih ingat aja nih denganku. Padahal lama sekali kita tak jumpa" jawab sang suami tadi sambil berdiri menghampiri pria bertopi itu. Mereka pun berpelukan, terlihat eksperesi kerinduan diantara keduanya. Istri yang sedang duduk pun langsung berdiri dan memberikan salam balik kepada pria itu. 
"Waalaikumsalam, iya apa kabar? Lama tak jumpa. Bagaimana dengan istrimu? Kenapa dia tidak kau ajak kesini? ". 
Pria bertopi itu terlihat tersenyum dan berkata, 
"Dia sedang ada di rumah, kebetulan saya barusan ada keperluan ke daerah sini. Terus tadi ngeliat kalian, yah sekalin ketemu kalian kawan lama, Hehehe..."
Mereka pun berjalan bersama, dan terlihat sebuah rumah megah dengan taman luas di halaman depannya. Dua pilar kolom menjulang dengan kokoh diantara pintu kayu yang terlihat eksotis dengan ukiran jawanya. Jendela-jendela besar terpasang disana, serta dinding putih menambah kemewahan rumah ini. Mereka pun terdiam sesaat ketika memasuki halaman rumah, dan sesekali pria bertopi itu menggeleng-gelengkan kepala mengagumi keindahan rumah sahabatnya itu.
"Rumahmu ini begitu luar biasa besar dan megah. Kalian benar-benar sudah menjadi orang hebat sekarang"
Senyuman pun membalas perkataan dari pria itu. Kemudian mereka pun masuk. Rasa takjub dan kagum pun kembali dirasakan pria itu ketika memasuki rumah. Wajar saja, kesibukan dari keduanya membuat mereka jarang berjumpa. Mereka pun duduk di sebuah ruangan yang memajangkan sebuah foto keluarga suami istri itu dan kedua anaknya.
"Wah anak-anakmu sudah besar yah sekarang. Kemana mereka? Kok sepi sekali rumah besar ini? Padahal dulu ramai ketikaku berkunjung ke rumahmu yang dulu" pria topi bertanya kepada sahabatnya itu.
Source: www.deviantart.com/morelikethis
Istri pun datang dengan membawa minuman dan menyajikan di atas meja di depan pria dan suaminya itu. Namun terlihat wajah tak begitu bahagia dari sang suami. Hanya bisa terdiam tanpa berkata apapun, hanya pandangan menuju foto keluarga yang dilakukannya. Seketika keheningan terasa di ruangan besar rumah itu. Tak berapa lama, sang istri pun membalas pertanyaan pria tadi.
"Sudah hampir setahun ini kami ditinggalkan kedua anak kami." Istri berdiri dan mengambil foto keluarga yang berada di sampingnya itu. "Si kaka sudah berkeluarga sekarang, dia sudah mempunyai istri dan keluarga baru. Dia pun sudah punya rumah sendiri, padahal kami persiapkan rumah ini untuknya. Namun yah namanya juga anak yang mau mandiri, jadi mereka putuskan untuk membangun rumah sendiri dari jerih payahnya. Aku pun tak bisa melarang itu." terlihat ketegaran dari sang istri, yang berbeda dengan sang suami yang tidak mampu berbicara.
"Walah, sudah berkeluarga yah. Aku tak sempat datang ke pernikahannya. Saat itu, aku sedang ke luar kota. Namun aku sangat bahagia bisa mendengarnya. Kalo si dede bagaimana?" tanya pria topi itu, tanpa dia menyadari kalau sahabatnya tidak bahagia ketika diberikan pertanyaan itu. Dan istri pun kembali menjawab dengan penuh senyuman yang menghangatkan suasana saat itu.
"Si dede sekarang sedang kuliah di Mesir. Dia sudah empat tahun disana. Sangat sulit untuk pulang, bahkan untuk melihat kakaknya menikah. Mungkin dia sedang asyik mencari ilmu."
Pria itu hanya tersenyum, kemudian dia membalas ucapan dari sang istri. "Lah subhanallah, aku pun tak tahu yah kalo si dede kuliah di Mesir. Luar biasa sekali anak-anakmu ini. Nah, terus kenapa kamu terlihat tidak bahagia? Padahal anak-anakmu sekarang sudah sukses dan berhasil". Pria ini sudah menyadari sikap sahabatnya itu.

Sang suami menatap ke arah pria itu, dan hanya senyuman kecil yang dia berikan. Namun kali ini dia mencoba menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu. 
"Begitulah nasib kita sebagai orang tua. Mereka sudah seperti tidak membutuhkan kita lagi. Kita susah-susah membangunkan rumah untuknya namun tak bisa diterima, bahkan ditolaknya. Uang jajan yang sering kami berikan dulu sekarang mereka tolak. Alasannya sih karena mereka sudah punya penghasilan sendiri. Kami pun merasa tak berguna lagi sekarang." rasa kecewa terlihat dari ekspresinya ketika berbicara.
Pria itu hanya bisa tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala. Seperti tidak percaya apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Tidak hanya itu, si dede pun sekarang kuliah dengan biaya dari si kakak dan beasiswa. Lalu uang yang kami kumpulkan selama ini untuk apa? Mereka datang hanya sebentar dua hari lantas pulang lagi, bahkan dede tidak pernah pulang. Hanya lewat telepon saja kami bisa membayar kerinduan kami. Terasa sepi rumah ini, bahkan berasa sia-sia perjuangan kami selama ini untuk membangun segalanya." kekecewaan yang mendalam sepertinya dirasakan olehnya. Sang istri pun hanya bisa menenangkan suami dan terlihat ekspresi kesedihan pada dirinya.
"Mereka kan masih anak kami, yah apa salahnya sih seorang ayah memberikan segalanya untuk anak-anak yang dicintainya. Ini kan tugas saya sebagai seorang orang tua." keluhan kepada sahabatnya.
Pria bertopi itu mendekati sahabatnya itu. Kemudian dia mengelus-elus pundak sahabatnya dan mencoba menenangkannya. Dengan bijaknnya pria itu memberikan tanggapan kepada sahabatnya itu.
"Sahabat ketahuilah bahwa kamu sekarang adalah seorang ayah yang sukses dan berhasil. Kau telah bekerja keras selama ini guna membangun istana yang megah ini, dan mengumpulkan segalanya. Kau telah menjadi ayah yang baik, telah mendidik anak-anakmu sehingga mereka menjadi anak-anak yang sukses dan berhasil. Sekarang jangan pernah kau sesali atau salahkan mereka. Karena tugasmu sekarang sudah selesai, khususnya dalam membiayai atau menanggung keperluan mereka. Mereka sudah mandiri, mereka sudah harus bertanggungjawab atas kehidupan mereka sendiri. Sudah tidak ada kewajiban itu untukmu dan istrimu sekarang. Kalian hanya wajib mendidik dan membimbing mereka, supaya kehidupan mereka lebih bermanfaat dan lebih baik lagi. Pelajaran hiduplah yang sekarang harus kalian wariskan kepada mereka. Lihatlah si kakak, sekarang dia sudah berdiri sendiri membangun keluarga baru. Biarkanlah dia mengatur dan mengurusi keluarganya sendiri, jangan terlalu kau ikut campur dalam urusan mereka. Namun jadilah penasehat dan pembimbing kakak supaya kehidupannya bisa sukses dan melebihi orang tuanya. Si dede yang sekarang sedang kuliah, biarlah keperluannya dibantu oleh kakaknya. Mungkin mereka tidak mau melihat kalian susah dan capek. Dan mereka ingin mencoba mandiri. Bimbinglah dan didiklah saja dede supaya kelak ketika dia mempunyai keluarga, dia bisa sama seperti kakak dan orang tuanya. Kalaupun mereka sibuk dengan urusannya sekarang, maka kau pahamilah jangan paksa dia untuk terus menuruti apa yang kau pinta. Karena dulu pun kau sama seperti dia yang mempunyai urusan sendiri sehingga sangat jarang kau pulang ke rumah. Maka sekarang cobalah mengerti dan pahami urusan mereka. Supaya kau tidak merasa kehilangan, maka carilah kehidupanmu yang lain. Kalian coba bangun masyarakat sekitar, kalian bantulah mereka dengan apa yang kalian miliki. Lihat diluar sana masih banyak anak yatim yang masih membutuhkan sentuhan kalian. Diluar sana masih banyak fakir dan miskin yang mengharapkan kalian berdayakan guna memperbaiki kehidupan mereka.
Tugas kalian untuk keluarga ini bukanlah sudah selesai, namun ada tugas lain yang harus kalian kerjakan berbeda dengan tugas kalian sebelumnya." dipeluklah pria itu dengan erat, dan terurai air mata diwajahnya.
"Terima kasih kawan, kau telah mengingatkanku tentang kehidupan ini. Kehidupan emang tidak akan sama seperti hari kemaren, aku sekarang harus memahami kehidupanku yang sekarang. Semoga aku bisa lebih amanah lagi ditugasku yang sekarang. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih".
Mereka pun akhirnya mengakhiri pertemuan itu dengan senyuman hangat persahabatan. Dan pria bertopi itu berpamitan kepada keduanya. Keduanya pun terlihat begitu bahagia karena bisa bertemu dengan sahabat yang sudah lama tidak dijumpainya. Berdiri di depan pintu, mereka melihat sahabatnya itu pergi. Semakin lama sahabatnya mulai tidak terlihat dari pandangan mereka dan mereka berdua pun masuk ke dalam rumah mereka.

Kehidupan tidak akan berjalan seperti apa yang kita harapkan. Terkadang kita harus menerima bahwa kita tidak akan mendapat posisi yang sama untuk selamanya. Sejalan dengan hal itu, kewajiban dan amanah kita pun tidak akan sama dan kekal. Kita harus mencoba memberikan semua itu kepada generasi kita selanjutnya. Biarkan mereka mengukir sendiri kehidupan ini dengan karyanya.

Kejayaan kita di masa lalu, biarkan menjadi kenangan indah di kala itu. Wariskan kebaikan dan jalannya itu kepada mereka. Dan biarkan mereka yang menentukan tahap selanjutnya. Hanya bimbingan dan nasehat yang bisa kita berikan sekarang. Semoga mereka bisa menjadi pengukir peradaban ini. InsyaAllah mereka akan lebih amanah tatkala kita memberikan kepercayaan itu kepada mereka.

Selesai~

Karya ini dibuat untuk sahabat-sahabatku di rumah kecil Assalam, khususnya untuk Generasi IX dan X serta untuk kalian 2014. Karya ini kental dengan perumpaan yang sekiranya kalian dapat memahami itu. Semoga bermanfaat dan semoga bisa menginspirasi.

(Moch. Gama Soebarkah)